pesta orang kaya
Posted by Unknown
Posted on 5:38 AM
with No comments
Abraham Maslow terkenal dengan teorinya tentang kebutuhan manusia. Ia mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan dan cara hidup manusia. Maslow adalah seorang psikolog humanistik, telah membuat teori hirarki kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu bila tak dikendalikan, maka setara dengan naluri pada hewan. Pada pelajaran di sekolah sekolah terutama pembahasan pelajaran ekonomi, dipahami bahwa Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Petama, kebutuhan fisiologis. Ini adalah kebutuhan biologis seperti kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh. Ini merupakan kebutuhan yang membuat orang jadi kuat dan bisa beraktivitas. Kedua, kebutuhan keamanan. Ketika semua kebutuhan fisiologis sudah dipenuhi dan tidak lagi mengendalikan pikiran dan perilaku, kebutuhan keamanan dengan sendirinya akan muncul. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman ini dan mereka merasa perlu rasa aman. Kebutuhan dasar ketiga menurut Maslow adalah kebutuhan cinta, sayang dan kepemilikan. Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas kebutuhan berikutnya yang mancul adalah untuk cinta, sayang dan kepemilikan. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan ekstrem. Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga diri bisa menjadi dominan. Seseorang butuh penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan ini berdasarkan tingginya kestabilan diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di atas dunia. Ketika kebutuhan ini tak terpenuhi maka muncul frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga. Kebutuhan dasar yang paling puncak atau tingkat kelima adalah kebutuhan aktualisasi diri. Maslow menggambarkan aktualisasi diri seseorang bisa saja dalam hal misalnya musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis, politisi harus terjun ke politik praktis, orang kaya harus menunjukkan diri sebagai orang kaya dengan beragam cara. Orang-orang yang berada pada tingkat dasar lima atau mengaktualisasikan diri ini akan merasa berada tegang, merasa kurang sesuatu. Singkatnya, ketika seseorang sudah memenuhi empat tingkatan kebutuhan dasar lalu untuk berikutnya tidak bisa mengaktualisasikan diri, maka ia merasa gelisah. Bila kebutuhan dasar di empat tingkatan pertama bisa diukur dan dilihat, maka aktualisasi diri tidak bisa diukur nilai dan capaiannya. Apakah seseorang yang sudah mengaktualisasikan diri sudah puas atau belum atas apa yang dicapainya, sulit bagi orang lain untuk mengukurnya. *** Teori Maslow berlangsung dari masa ke masa, hanya saja nilai dan aplikasi teknisnya saja yang berbeda. Mungkin zaman dulu orang merasa dihargai karena punya lahan pertanian yang luas sebagai tuan tanah. Memiliki keuasaan yang luas sebagai seorang raja, atau mempunyai harta berlimpah sebagai hartawan. Wujud merasa dihargai sebagai orang kaya dan meningkatkan kepercayaan diri di tengah masyarakat luas, bisa saja dalam bentuk lain untuk saat ini. Dalam penyelenggaraan berbagai pesta misalnya, banyak pilihan yang dilakukan oleh orang orang kaya. Pesta pernikahan disulap menjadi pesta mewah dengan biaya miliaran rupiah. Peralatan dan atribut pernikahan dipesan yang istimewa dan harga yang fantastis. Berbagai pesta mewah pernikahan orang-orang kaya sering kita ikuti pemberitaannya, baik cetak maupun elektronik. Artis menghambur- hamburkan uang untuk pesta pernikahannya, demi mendapatkan kelas di antara mereka. Meski terkadang pesta pernikahan dengan biaya miliaran rupiah dan dihadiri ribuan tamu-tamu berkelas, hanya bermuara pada perpisahan. Kini, gaya pesta orang kaya tak hanya demam para artis. Hidup ala selebriti mulai merambah orang-orang kaya di kalangan sipil. Pejabat-pejabat teras di negara ini tidak segan-segan mempertontonkan pesta pernikahan yang menghabiskan uang miliaran rupiah. Dari balik lembaran koran atau layar televisi, kaum papa menyaksikannnya dengan mulut ternganga-nganga. Masih ingat pelaksanaan pernikahan anak pejabat, Sekretaris MA, Nurhadi Sabtu (15/3) lalu? Pesta mewah dengan hadiah wah itu menjadi buah bibir hingga saat ini, bahkan terancam bermuara pada perhatian KPK. Sebagai pejabat publik, Nurhadi sanggup mengadakan pesta besar dengan ribuan undangan di Hotel Mulia, Jakarta. Polemik pemberian bingkisan di pernikahan anaknya disebabkan pemberian souvenir-souvenir berupa gadget iPod produksi perusahaan Apple pada 3.000 lebih undangan. Satu souvenir yang harganya ditaksir mencapai Rp 700 ribu dinilai cukup mewah bagi seorang pejabat publik. Tentu akan sebanding dengan kado yang diberikan para undangan. Pesta orang kaya kini terus berlanjut, sepertinya masih relevan dengan teori Maslow. Pada tingkatan dasar yang lebih tinggi orang yang sudah memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa memiliki, serta penghargaan, maka akan berlanjut untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Mereka harus eksis di tengah orang lain, ingin mendapat sanjungan dan pujian atas eksistensinya tersebut. Begitu pula pesta demokrasi pemilihan legislatif yang saat ini memasuki masa kampanye. Katanya pesta rakyat, tetapi kesannya pesta orang-orang kaya yang ingin menghabiskan uang dengan cara mereka sendiri. Mungkin sebagian caleg tidak paham benar arti dunia politik bagi mereka. Tetapi yang tidak bisa dibantah, jabatan politik menjadi salah satu aktualisasi diri dan bisa dihargai. Tak percaya? Bila sudah menjadi wakil rakyat, maka mereka akan dipanggil “bapak rakyat” atau “anggota dewan yang terhormat”. Kunjungan kerja diatur dengan protokoler standar. Ke mana pergi ada sekretariat yang mengurus perjalanannya, membelikan tiket, menyediakan akomodasi/penginapan, sampai menentukan jadwal jadwal kunjungannya. Wakil rakyat memang terhormat, bilamana ia menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana amanat UU. Tetapi kondisinya bisa berbalik arah, bila dia melanggar sampah. Politisi bisa dianggap seperti sampah bila dia tersangkut korupsi, terkait masalah perempuan, hingga berurusan dengan masalah hukum. Sebenarnya nilai rupiah yang didapatkan dari seorang wakil rakyat hampir tidak setara dengan pengeluaran saat pesta demokrasi, merebut suara rakyat. Beberapa caleg yang ikut bertarung bebas dalam Pileg tahun ini misalnya, untuk calon pusat yang serius bersosialisasi menghabiskan uang minimal Rp 2,5 miliar. Untuk caleg provinsi atau DPRD tingkat 1, butuh pasokan dana minimal satu miliar rupiah. Dan untuk caleg kabupaten/kota minimal menghabiskan anggaran lima ratus juta rupiah. Ini memang bukan untuk semua calon, tetapi setidaknya angkanya menggambarkan berapa biaya yang dibutuhkan dalam pesta demokrasi, yang ternyata milik orang kaya. Pileg kini makin identik dengan orang kaya. Pasal 214 UU No. 10/2008 tentang Pemilu, dan seiring putusan MK,diberlakuan sistem suara terbanyak dalam penetapan caleg terpilih. Antarcaleg antar partai, maupun antar caleg internal partai berpacu merebut simpati rakyat dengan berbagai cara. Pendidikan politik masyarakat yang masih rendah, memungkinkan suara rakyat bisa terlena oleh permainan uang atau dalam bentuk pemberian lainnya. Inilah saatnya orang-orang kaya menggunakan harta untuk mengejar jabatan, demi aktualisasi diri dan mendapatkan penghargaan orang lain. Teori Maslow hingga saat ini masih relevan, hanya saja jangan sampai mendapatkan kebutuhan dasar tersebut, kita melupakan fitrah sebagai manusia.
0 komentar:
Posting Komentar