Pasien yang mendapat penanganan medis di Bagian Kebidanan RSUD Padangpanjang mengeluhkan pelayanan yang diberikan petugas di bagian tersebut.
Menurutnya, jika benar, kejadian yang menimpa pasien dari Kelurahan Tanahhitam itu merupakan bentuk ketidakprofesionalan SDM di kebidanan. “Saya akan panggil pejabat terkait guna menjelaskan bentuk pelayanan terhadap pasien. Harapan dan keinginan kami, tentu untuk mewujudkan pelayanan yang profesional,” ungkap Nuryanwar.
Petugas dinilai tidak berprikemanusiaan, karena jabang bayi yang dilahirkan dalam usia 7 bulan kandungan setelah divonis meninggal, ditumpuk begitu saja dalam belanga saat diserahkan kepada keluarga pasien.
Kiki, 23, pasien yang bayinya disebutkan telah meninggal sekitar 15 hari dalam kadungan itu merasa jasad bayinya tidak diperlakukan layaknya manusia.
”Jasad bayi hanya ditumpuk dalam belanga bersama kumpalan darah hasil korek dan oroknya. Apa begitu cara pelayanan mereka terhadap jasad manusia, meski jabang bayi. Bahkan saat hendak dibawa pulang, jasad bayi saya sempat hendak dimasukan ke kantong kresek, karena belanga itu milik rumah sakit,” tutur Kiki kepada Kami, kemarin (5/5).
Pelayanan yang menimpa warga Tanahhitam itu, dialaminya ketika menjalani rujuk dari praktik bidan kandungan dan menjalani persalinan di RSUD sekitar pukul 14.00, Rabu (30/4) lalu.
Kiki menceritakan, sebelum menjalani persalinan di RSUD, dirinya sempat memeriksa kandungan ke Bidan Erna di kelurahan setempat. Namun dari keterangan bidan, kandungannya dalam keadaan sehat. Tak lama berselang, Kiki mulai merasakan sakit pada kandungannya dan segera dibawa ke RSUD untuk menjalani perawatan lebih intensif.
“Namun, usai melakukan tes kandungan, pihak RSUD mengatakan kalau bayi saya sudah tiada. Setelah dilakukan proses persalinan, jasad bayi saya diperlakukan seperti sampah yang ditelantarkan begitu saja oleh perawat RSUD dalam belanga lebih dari dua jam,” pungkas Kiki.
Sementara Bidan Martini saat dikonfirmasi, membenarkan perlakuan sebagaimana disebutkan pihak keluarga pasien. Namun Martini menjelaskan perlakuan itu sudah biasa mengingat jasad bayi masih terlalu kecil dan rumah sakit tidak ada melayani pembersihan jenazah bayi meninggal.
”Karena saat diminta ke keluarga pasien, mereka tidak membawa persiapan. Karena itu kami meminta petugas cleaning service (CS) agar mencarikan belanga untuk menampung jasad bayi, orok beserta gumpalan darah. Tapi tidak benar kami memasukan jasad bayi ke kantong kresek ketika hendak dibawa keluarga pasien,” terang Martini.
Kepala Ruang Kebidanan Filmainar pada kesempatan yang sama mengaku pelayanan persalinan terhadap keguguran kandungan bukan pertama kali dilakukan.
Perlakuan terhadap jasad bayi yang meninggal dalam kandungan, dibalut terpisah dengan kain dari pihak keluarga pasien atau menggunakan kain dari rumah sakit. “Saya menilai pelayan tersebut mungkin karena petugas kebidanan dalam bobot kerja yang banyak. Ini mungkin keteledoran dan saat itu sudah kami sampaikan dengan kepala dingin. Pihak keluarga pasien pun tidak mempermasalahkannya dan bisa memaklumi,” jelas Filmainar.
Sementara Direktur RSUD Padangpanjang, Nuryanwar menegaskan pihaknya akan memanggil pejabat bagian kebidanan terkait pelayanan tersebut.
Menurutnya, jika benar, kejadian yang menimpa pasien dari Kelurahan Tanahhitam itu merupakan bentuk ketidakprofesionalan SDM di kebidanan. “Saya akan panggil pejabat terkait guna menjelaskan bentuk pelayanan terhadap pasien. Harapan dan keinginan kami, tentu untuk mewujudkan pelayanan yang profesional,” ungkap Nuryanwar.
0 komentar:
Posting Komentar