Sariawan atau dalam istilah kedokteran disebut stomatitis aphthosa recurrent (SAR) memang gangguan mulut yang paling umum diderita masyarakat. Ciri-cirinya, antara lain, luka berupa cekungan dangkal, bertepi jelas, berbentuk bulat atau oval, dan terasa nyeri. Lokasi luka berada pada mukosa (selaput lendir) pipi, bibir, lidah, bawah lidah, serta cekungan antara pipi atau bibir dan gusi.
Dr drg Harum Sasanti SpPM menjelaskan, SAR umumnya muncul sejak usia muda. Dapat muncul berulang, namun termasuk self limiting disease sehingga bisa sembuh sendiri. Ada tiga macam bentuk klinis SAR. Yaitu, SAR minor, SAR mayor, serta herpetiform.
Bila diameter cekungan (ulser) dangkal dan jumlahnya tidak banyak, hanya satu hingga lima, itu termasuk SAR minor. Umumnya, sariawan sembuh sendiri dalam waktu cepat. Bila cekungannya dalam, sangat nyeri, dan tidak kunjung sembuh hingga berminggu-minggu, itu termasuk SAR mayor. "Tetap bisa sembuh tanpa obat, tetapi waktunya lama, bisa sampai 4"5 minggu baru sembuh," papar spesialis penyakit mulut FKG UI tersebut.
Sementara itu, SAR tipe ketiga adalah herpetiform. Disebut demikian karena tampilannya mirip herpes, tetapi tidak disebabkan virus herpes. Ulser dangkal dalam ukuran kecil-kecil berkelompok dan berjumlah sangat banyak.
Harum mengungkapkan, berdasar penelitian, sariawan ternyata membawa sifat genetis. Bila orang tua memiliki bakat SAR, sangat mungkin si anak juga mudah terkena SAR.
Ditambah faktor-faktor lain sebagai pemicu. Di antaranya, kelelahan, faktor hormonal seperti masa haid, anemia, alergi, gangguan imunitas, defisiensi nutrisi atau vitamin, trauma ringan, serta gangguan pencernaan.
"Ketika tergigit misalnya, kemudian ditambah faktor pemicu anemia dan daya tahan tubuh rendah, bisa menjadi sariawan. Sedangkan pada kondisi fit, tidak," tutur nya.
Sariawan semakin parah pada kondisi rongga mulut yang tidak terjaga kebersihannya, banyak gigi yang rusak dan tidak terawat, dan ketidakcocokan penggunaan alat ortodonsia. Juga sering ganti pasta gigi, terutama pada kalangan hipersensitif kon sum si makanan dan minuman yang tidak alami.
Kalau begitu, bagaimana mencegah agar sariawan tidak terus berulang? Jawabannya pola hidup sehat serta menghindari faktor-faktor pemicu SAR.
Menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut juga menjadi tameng agar SAR tidak lagi muncul.
Dr drg Harum Sasanti SpPM menjelaskan, SAR umumnya muncul sejak usia muda. Dapat muncul berulang, namun termasuk self limiting disease sehingga bisa sembuh sendiri. Ada tiga macam bentuk klinis SAR. Yaitu, SAR minor, SAR mayor, serta herpetiform.
Bila diameter cekungan (ulser) dangkal dan jumlahnya tidak banyak, hanya satu hingga lima, itu termasuk SAR minor. Umumnya, sariawan sembuh sendiri dalam waktu cepat. Bila cekungannya dalam, sangat nyeri, dan tidak kunjung sembuh hingga berminggu-minggu, itu termasuk SAR mayor. "Tetap bisa sembuh tanpa obat, tetapi waktunya lama, bisa sampai 4"5 minggu baru sembuh," papar spesialis penyakit mulut FKG UI tersebut.
Sementara itu, SAR tipe ketiga adalah herpetiform. Disebut demikian karena tampilannya mirip herpes, tetapi tidak disebabkan virus herpes. Ulser dangkal dalam ukuran kecil-kecil berkelompok dan berjumlah sangat banyak.
Harum mengungkapkan, berdasar penelitian, sariawan ternyata membawa sifat genetis. Bila orang tua memiliki bakat SAR, sangat mungkin si anak juga mudah terkena SAR.
Ditambah faktor-faktor lain sebagai pemicu. Di antaranya, kelelahan, faktor hormonal seperti masa haid, anemia, alergi, gangguan imunitas, defisiensi nutrisi atau vitamin, trauma ringan, serta gangguan pencernaan.
"Ketika tergigit misalnya, kemudian ditambah faktor pemicu anemia dan daya tahan tubuh rendah, bisa menjadi sariawan. Sedangkan pada kondisi fit, tidak," tutur nya.
Sariawan semakin parah pada kondisi rongga mulut yang tidak terjaga kebersihannya, banyak gigi yang rusak dan tidak terawat, dan ketidakcocokan penggunaan alat ortodonsia. Juga sering ganti pasta gigi, terutama pada kalangan hipersensitif kon sum si makanan dan minuman yang tidak alami.
Kalau begitu, bagaimana mencegah agar sariawan tidak terus berulang? Jawabannya pola hidup sehat serta menghindari faktor-faktor pemicu SAR.
Menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut juga menjadi tameng agar SAR tidak lagi muncul.
0 komentar:
Posting Komentar