Masa remaja memang banyak romantikanya. Apa saja yang baru pasti menjadi suatu fenomena tersendiri di kalangan remaja. Seperti ikut-ikutan atau yang lebih dikenal dengan istilah mainstream. Awalnya hanya mengikuti trend yang berkembang, namun karena selalu mengikuti trend seseorang dapat dikatakan maenstrem. sobeX sendiri masuk kriteria mainstrem atau No mainstrem?
Hendika Safitri berpendapat, sifat ikut-ikutan itu boleh. Tergantung bagaimana seseorang dapat memilah mana yang baik atau tidak baik buat dirinya, dan disesuaikan dengan keadaan, “Mainstream atau sifat ikut-ikutan di kalangan anak muda mungkin itu sudah biasa. Seperti seseorang yang beli ponsel baru karena ikut-ikutan temannya yang baru saja beli ponsel. Atau seseorang yang hobi foto karena ikut-ikutan dari temannya. Hobi foto juga dapat mengisi waktu luang, jadi tidak masalah. Menurut saya oke-oke aja selama itu hal positif. Saya juga termasuk orang yang ikut-ikutan juga sih. tapi balik lgi, tidak semua bisa diikuti, semua itu mesti dilihat-lihat dulu,” ungkap Mahasiswi STIKES Alifah Padang ini.
Di samping ada yang mainstrem, pasti ada yang no mainstrem. Salah satunya Elfa Gustia. Elfa berpendapat, menyukai atau mengidolakan itu boleh-boleh saja asal tidak menjiplak atau malah jadi follower trenseternya. “Kalo ikut-ikutan suka itu sich jadi maksain diri kesannya menurut aku. Aku sendiri termasuk yang suka banget sama film-film dari Taiwan, Jepang, ataupun Korea tapi tidak kepikiran untuk mengikuti trend mereka,” ujar alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) ini.
Elfa menambahkan, kita dari lahir sudah punya tipikal dan ciri khas sendiri. “Misalnya nih aku dari kecil udah suka banget sama aliran rock alternatif, tapi sahabat kecil aku suka pop. Kami tetap berteman dan bersahabat sampe sekarang. Di hitung-hitung udah lebih 20 tahun persahabatan kami. Jadi menurut aku be your self aja gak mesti ikut-ikutan orang lain. Kita orang Indonesia, Minangkabau lagi, ngapain ngerusak budaya dengan meniru mereka,” tutur mahasiswi manajemen ini.
Fenomena maisntrem di kalangan anak muda sebenarnya hal yang wajar. Seperti diutarakan Intan Purnama Sari. “Tapi harus bisa memisahkan yang baik dan yang buruk nya. Jangan asal ikut-ikutan aja. Kebanyakan anak-anak muda sekarang begitu, misalnya temannya suka sampai larut malam di luar, nah dia malah ngikut juga, kan gak baik. Jadi boleh ikut-ikutan tapi harus bisa memilah mana yang baik dan yang buruk, ambil positifnya,” ujar mahasiswi STIKES Fort de Kock Bukittinggi ini.
Nah sobeX, semuanya ada pada tekad dan keberanian diri sendiri apakah mampu no mainstream atau lo mainstream aja, so what
Hendika Safitri berpendapat, sifat ikut-ikutan itu boleh. Tergantung bagaimana seseorang dapat memilah mana yang baik atau tidak baik buat dirinya, dan disesuaikan dengan keadaan, “Mainstream atau sifat ikut-ikutan di kalangan anak muda mungkin itu sudah biasa. Seperti seseorang yang beli ponsel baru karena ikut-ikutan temannya yang baru saja beli ponsel. Atau seseorang yang hobi foto karena ikut-ikutan dari temannya. Hobi foto juga dapat mengisi waktu luang, jadi tidak masalah. Menurut saya oke-oke aja selama itu hal positif. Saya juga termasuk orang yang ikut-ikutan juga sih. tapi balik lgi, tidak semua bisa diikuti, semua itu mesti dilihat-lihat dulu,” ungkap Mahasiswi STIKES Alifah Padang ini.
Di samping ada yang mainstrem, pasti ada yang no mainstrem. Salah satunya Elfa Gustia. Elfa berpendapat, menyukai atau mengidolakan itu boleh-boleh saja asal tidak menjiplak atau malah jadi follower trenseternya. “Kalo ikut-ikutan suka itu sich jadi maksain diri kesannya menurut aku. Aku sendiri termasuk yang suka banget sama film-film dari Taiwan, Jepang, ataupun Korea tapi tidak kepikiran untuk mengikuti trend mereka,” ujar alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) ini.
Elfa menambahkan, kita dari lahir sudah punya tipikal dan ciri khas sendiri. “Misalnya nih aku dari kecil udah suka banget sama aliran rock alternatif, tapi sahabat kecil aku suka pop. Kami tetap berteman dan bersahabat sampe sekarang. Di hitung-hitung udah lebih 20 tahun persahabatan kami. Jadi menurut aku be your self aja gak mesti ikut-ikutan orang lain. Kita orang Indonesia, Minangkabau lagi, ngapain ngerusak budaya dengan meniru mereka,” tutur mahasiswi manajemen ini.
Fenomena maisntrem di kalangan anak muda sebenarnya hal yang wajar. Seperti diutarakan Intan Purnama Sari. “Tapi harus bisa memisahkan yang baik dan yang buruk nya. Jangan asal ikut-ikutan aja. Kebanyakan anak-anak muda sekarang begitu, misalnya temannya suka sampai larut malam di luar, nah dia malah ngikut juga, kan gak baik. Jadi boleh ikut-ikutan tapi harus bisa memilah mana yang baik dan yang buruk, ambil positifnya,” ujar mahasiswi STIKES Fort de Kock Bukittinggi ini.
Be Different
Tampil beda itu keren banget sobeX. Mulai prestasi, tingkat kreativitas yang lebih unggul dari kawan-kawan lain dan banyak lagi yang harus dicapai untuk berbeda dari orang lain. Istilah kerennya no mainstream. Yap, mainstream itu adalah cara dan kebiasaan atau jalan yang sama dan itu-itu aja, seperti monoton gitu sobeX.
Nah, supaya sobeX tidak ikut-ikutan mainstream, yuk simak pendapat sobeX kita dari Univeristas Andalas jurusan Psikologi yang akrab dipanggil Dewi ini. Menurut dara cantik ini no mainstream itu merupakan salah satu langkah agar kita beda dari orang lain untuk mengerjakan, atau melakukan serta menghasilkan sesuatu hal yang bersifat lebih unggul. “Soalnya banyak kan remaja saat ini misalnya teman segeng mengadakan acara balapan mobil. Kalau seperti itu kan gak keren banget sobeX,” ujar Asra Dewika nama lengkap cewek imut ini.
Senada dengan Dewi, Yolanda dari STIKES Ranah Minang juga menambahkan kalau kita berprestasi, bersikap dan menghasilkan sesuatu yang berbeda dari orang lain tentunya cool banget. “Coba bayangin aja sobeX, saat kita menghasilkan sesuatu karya yang berbeda, di saat itulah pilihan yang terbaik mampu kita coba. Apapun risiko, setidaknya kita mampu no mainstream pada yang sudah biasa, seperti aku dulunya, yang berani memilih jurusan kebidanan ini dari sepupu-sepupuku dimana mereka kompak mengambil jurusan yang sama. Buat aku itu sesuatu yang mainstream banget,” ujar cewek berkulit putih ini.
Nah sobeX, semuanya ada pada tekad dan keberanian diri sendiri apakah mampu no mainstream atau lo mainstream aja, so what
0 komentar:
Posting Komentar